(Danau kecil yang terjadi setelah penambangan timah) semenjak pulau singkep menjadi lahan penambangan timah bermunculanlah puluhan kolong akibat bekas pengerukan timah dari bumi singkep itu,berbagai macam ukuran yang ada dari yang kecil hingga besar. entah mungkin dahulunya peraturan tentang AMDAL yang belum ada ataukah hal ini memang sengaja dengan pertimbangan kolong ini kelaknya bisa dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai pengelolaan peternakan ikan air tawar, tapi yang pasti akibat dari kolong itu sendiri boleh dikatakan setiap kolong pada ahirnya memakan korban jiwa akibat anak-anak yang berenang dilokasi tersebut, dan sampai saat ini di singkep menjadi sarang penyakit Malaria, hampir setiap tahunnya wabah ini menjadi langganan penyakit yang menakuti masyarakat singkep. sebenarnya kolong ini jika benar-benar dikelola atau dimanfaatkan dengan baik tentunya pasti memiliki dampak yang positif pula, peternakan ikan air tawar misalnya selama ini masyarakat yang mencoba usaha ini boleh dikatakan cukup berhasil,hanya saja kendalanya adalah pemasaran bagi produksi itu sendiri, karena letak geografis pulau singkep yang kurang menguntungkan, yang pertama masyarakat kepulauan tidak terbiasa mengkonsumsi ikan air tawar dan untuk menjualnya keluar pulau sendiri harus menggunakan sarana transportasi laut atau udara yang pasti biayanya melebihi transportasi darat. selain itu kolong ini sebenarnya jika dimanfaatkan sebagai objek pariwisata juga sangat menjanjikan tentunya.
- MASJID AZZULFA
Masyarakat dabo merupakan masyarakat yang religius, mayoritas masyarakatnya memeluk agama islam , namun ada pula agama lain seperti keristen dan budha.
masjid azzulfa juga merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat singkep,sebagai masjid raya yang memiliki seni arsitektur timur tengah ini dibangun pada tahun 1961 oleh UPTS(unit penambangan timah singkep) untuk kepentingan peribadatan masyarakat umat islam khususnya. tidak banyak masjid yang memiliki keindahan seni arsitektur seperti masjid azzulfa ini, selain itu pula ada suatu keistimewaan pada masjid ini,yakni sebuah tulisan kaligrafi yang terbuat dari timah yang terpajang diatas pintu masuk masjid ini. walaupun singkep tidak lagi sebagai pulau penambangan timah seperti dulu namun setidaknya ada suatu bukti yang menandai kejayaan dimasa itu.
Pelabuhan dabo inilah dulunya sebagai pelabuhan kapal-kapal penarik (tug boat) dan tongkang untuk mengangkut timah dari pulau singkep ini berlabuh. pelabuhan yang memiliki panjang dari pantai sekitar 400 m ini,kini tak lagi dipenuhi aktifitas tug boat, melainkan menjadi berlabuhnya kapal-kapal nelayan dan kapal-kapal motor yang biasa memuat barang dari ataupun ke Jambi. bahkan sudah beberapa tahun ini kapal penumpang yang berangkat ke Tanjung pinang setiap harinya tidak lagi melalui pelabuhan ini melainkan dari pelabuhan Jagoh yang berjarak 28 km dari dabo, sehingga penumpang harus menggunakan transportasi darat berupa mobil ataupun sepeda motor. yang menjadi alasan mengapa pelabuhan ini tidak disinggahi kapal penumpang tujuan Tanjung pinang lagi yakni karna disaat
musim angin tertentu misalnya musim selatan kapal memang tidak bisa merapat dipelabuhan ini karna ombak yang begitu kuat. lagi pula karena kondisi pelabuhan yang tidak alami kini kedalamanyapun menjadi kendala membuat lautnya kini menjadi dangkal. dan jangan harap seperti saat adanya kapal-kapal pengangkut timah dulu yang menjaga kedalaman lautnya dengan selalu mengoperasikan kapal keruk agar keluar masuk kapal bisa leluasa. padahal pembangunan pelabuhan yang permanen ini sendiri telah menelan biaya milyaran rupiah namun fungsionalnya sendiri belumlah begitu maksimal, kini pelabuhan Dabo ini juga menjadi tempat memancing,dan tempat tongkrongan yang mengasikkan bagi kaum muda,lebih ironisnya jika malam hari juga banyak muda-mudi yang memadu kasih disini,maklaum saja jika malam hari pelabuhan ini cukup gelap dan tidak ada yang langsung menjaga keamanan lingkungan pelabuhan ini.
- PAGODA
Pagoda sebuah bangunan berbentuk segi delapan dengan bentuk atap kerucut dan berada ditengah kolam ini dibangun oleh UPTS(unit penambangan timah singkep) sebagai tempat rekreasi yang berada di kawasan Bukit timah,bangunan ini sempat sekian tahun terbengkalai namun kini pemerintahdaerah telah merenofasi kembali tempat ini. sebuah seni arsitektur yang cukup melambangkan kemewahan yang dimiliki masyarakat singkep pada masanya dulu. kini pagoda dijadikan tempat pertunjukan seni berupa pentas band,pameran bonsai,lukisan dan kegiatan lainnya. pada Tanggal 08 Februari 2012, Pagoda dikelola oleh Dinas Budaya Dan Pariwisata Kabupaten Lingga sebagai pusat informasi pariwisata atau Tourist Information Center (TIC)
Kabupaten Lingga.
- GEDUNG-GEDUNG EKS PT.TIMAH
Aset-aset gedung yang ditinggalkan UPTS(unit penambangan timah singkep) banyak yang terlantar begitu saja, gedung perkantoran ini salah satunya, kondisinya sangat memprihatinkan.semenjak UPTS meninggalkan pulau singkep aset-aset berupa rumah karyawan dijual kepada anggota karyawan UPTS sendiri, PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel) diserahkan pengelolaannya kepada PT.PLN, PAM(perusahaan air minum) diserahkan kepada PDAM, Rumah sakit dikelola oleh dinas kesehatan daerah yang sekarang hanya menjadi puskesmas,wisma timah kini diambil alih pengelolaannya oleh pihak swasta, wisma singkep beserta eks kediaman ka.unit dijadikan mess Pemda, bahkan bandar udara yang dikelola oleh departemen perhubungan udarapun sebenarnya hadir dipulau singkep ini karna didukung oleh UPTS sendiri. begitu banyak aset-aset yang diserahkan kepada pemerintah daerah namun masih banyak pula yang belum optimal.padahal dari segi infrastruktur dipulau singkep ini sudah termasuk baik,tinggal saja perlu sedikit perbaikan dan pengembangan saja,kini perlahan singkep mulai bangkit dari keterpurukannya sepeninggalnya UPTS dari pulau ini, disaat otonomi daerah mewarnai demokrasi di negara ini,pemekaran daerahpun dirasakan perlu, namun apa hendak dikata dabo singkep tetaplah hanya menjadi kecamatan bagi kabupaten lingga, padahal dilihat dari kesiapan infrastruktur dan segi efesien dan efektifitasnya tentulah dabo singkep lebih baik dibandingkan daik lingga yang dijadikan ibu kota kabupaten sekarang ini,entah apa yang enjadi pertimbangan pemerintah daerah dalam kebijakkan ini, yang jelas barang kali inilah yang membuat pemerintah pusat berang dengan pemekaran daerah,hanya dijadikan kepentingan individu atau golongan dan sengaja mengambil keuntungan dari pusat. semoga saja otonomi daerah bisa benar-benar direalisasikan bagi kepentingan rakyat.
Ini adalah wajah pusat perekonomian(pertokoan) di singkep. pusat pertokoan di singkep ini pernah mengalami sejarah yang kelam didalam perkembangannya. belasan rumah toko (ruko) habis di lahap sijago merah pada tahun 1985 ,apa lagi pada saat itu bangunan pertokoan masih dengan konstruksi semi permanen (bangunan kayu) sehingga kebakaran begitu cepat menghanguskan bangunan-bangunan itu. kini sudah tak ada lagi sisa-sisa kebakaran itu, semua telah dibangun kembali dengan lebih tertata dan dengan konstruksi beton yang lebih baik tentunya. selain bangunan pertokoan kini sarang burung waletpun menjadi sumber penghasilan perekonomian yang cukup diandalkan,puluhan bangunan bertingkat yang memenuhi kota ini sengaja dibangun hanya untuk menjadi rumah bagi burung walet. suatu budaya yang sangat melekat dikota ini bagi masyarakatnya adalah kopi, sehingga anda bisa menemukan belasan kedai kopi di pusat pertokoan ini,mulai dari pegawai,aparat,hingga masyarakat biasa selalu memenuhi kedai-kedai kopi sehari-harinya. hanya saja sayangnya belum adanya sarana terminal bagi kendaraan roda empat yang menjadi angkutan penumpang disini, sehingga mobil-mobil umum ini menjadikan parkiran pertokoan sebagai tempat ngetime(mangkal) sehingga sedikit banyaknya hal ini juga berpengaruh pada lalu lintas sendiri.